Agama dan Transpersonal
Mistisisme dan agama
Menurut Robert H. Thouless, 1992:219, “mistisisme itu terdapat diseluruh agama, baik teistik, seperti islam, kristen, dan Yahudi maupun agama nonteistik, seperti budha dan hindu”.
Sedangkan menurut Prof. Dr. Harun Nasution (1973:56), mistiisisme yang ada dalam islam adalah tasawuf dan disebut sufisme. Sebagaimana halnya mistisisme, tasawuf atau sufisme mempunyai tujuan memperoleh hubungan langsung dengan Tuhan yang Maha Kuasa secara sadar. Intinya adalah kesadaran penuh akan adanya komunikasi antara roh manusia dengan Tuhan dengan cara uzlah dan kholwat (mengasingkan diri) dan berkontemplasi.
Yang menarik para ahli psikologi agama adalah ciri khas dari mistisisme yang muncul pertama kali, yaitu suatu tingkatan kesadaran yang tertinggi, dimana seseorang merasakan adanya kedekatan bahkan kebersatuan dengan Tuhan (manunggaling kawula lan gusti: jawa edited), hal ini tidak hanya dialami oleh para pejalan spiritual dalam Islam saja akan tetapi dari semua agama, seperti budha, hindu. Mereka beragam presepsi tentang realitas wujud dengan gaya bahasa verbal masing-masing agama. Kondisi kesadaran mistik seperti ini hanya didapat dengan berkontemplasi dan mengasingkan diri dari kerumunan, kepelikan sosial.
Sebuah kisah para wali sembilan tanah jawa, banyak para sunan itu yang dalam perjalanan spiritualnya ialah dengan mengasingkan diri ke gua atau ke atas gunung, yang kemudian setelah jiwa dan raganya mampu untuk mengatasi berbagai masalah yang muncul di masyarakat, mereka turun gunung dan menyebarkan agama, khusus agama Islam dalam kasus ini, seperti Sunan Gunung Djati, Sunan Muria, Sunan kali Jaga, Sunuan Kudus.
Hal-hal yang termasuk mistisisme ialah:
1. Ilmu Gaib
2. Magis
3. Kebatinan
4. Para Psikologi
5. Aliran Kebatinan dan Shizoprenia
6. Tasawuf dan Tarikat
Didalam psikologi agama yang mencakup beberapa teori didalamnya, yang diantaranya psikoanalisa dan behavior. Menurut psikoanalisa. Hubungan teori ini (psikoanalisa) dengan agama yang melahirkan enam konsep didalamnya, yaitu: (1) kekuatan yang memberikan dorongan dan tekanan pada diri manusia untuk mendapatkan keamanna dan kepuasan agama karena mmanusia memeiliki sifat homo religious. (2) secara fungsional perilaku keagamaan memeliki kesamaan yang satu dengan yang lainnya. (3) orangtua sangat berperan penting dalam membangun emosi keagamaan pada diri anak. (4) dorongan negative dalam diri manusia semisal dorongan sexsual, ketakutan atau yang lainnya merupakan suatu gejala yang tidak sehat pada pengahayatan agama. (5) dorongan psikologis, tuhan dan agama dapat menjadi khayalan dalam arti lahir. (6) agama authoritarian yang dapat menghambat perkembangan manusia untuk berfikir dan merasa. Mengorbankan kebebasan dan keutuhan pribadi manusia karena merasa sealalu dilindungi oleh tuhan yang maha kuasa.
Teori yang kedua, yaitu behavior. Menurut teori bahwa mannusia merupakan makhluk yang terkondisikan. Oleh karena itu kaitannya dengan keagamaan, teori behavior melihat gejala agama sebagai perilaku yang dapat terkondisiskan.
Behavior melihat bahwa manusia mempunyai sifat pasif dan tidak berinisiatif untuk bergerak. Gerakan manusia tersebut ditentuksn oleh kekuatan mekanistik, diluar kesadarnnya. Tidak member peluang untuk manusia menentukan diri. Behavior mengandaikan bahwa manusia bertindak hanya untuk menghindari atau mengurangi ketegangan, baik sosiologis maupun biologis.
Secara bahasa transpersonal terdiri atas dua kata, yaitu “trans” yang artinya melewati atau melampaui batas beyond, dan kata yang kedua itu “persona” yang berarti topeng. Secara etimologi, transpersonal bararti melewati gambaran manusia yang Nampak, dengan kata lain transpersonal berarti macam-macam topeng yang digambarkan manusia.
Istilah transpersonal pertama kali dipakai oleh Carl Gustav Jung dalam bahasa jerman “Uberpersonlich”, ketika ia mengenlkan ide tentang “collective Uncocious”, dan mempunyai arti yang sama dengan “Transpersonal Uncocious” yaitu bentuk ketidak sadaran kolektif yang dimiliki oleh semua orang.
Menurut William James bahwa sifat manusia yang khas ditentukan dalam kehidupan dinamis arus kesadran manusia. Baginya kesadaran merupakan kunci untuk mengetahui pengalaman manusia, khususnya agama. Untuk menfsirkan agama orang harus melihat isi kesadarn keagamaan.
Menutrut Abraham Maslow, beliau mengatakan bahwa orang yang telah tumbuh dewasa dan matang secara penuh adalah orang yang sudah mencapai aktualisasi diri, yaitu yang mengalami secara penuh gairah tanpa pamrih, dengan konsentrasi penuh dan mencapai apa yang disebut manusia yang smpurna (insan kamil).
Disini saya hanya menyebutkan tiga yang sebenarnya banyak jenis-jinsnya sintesa teoritis yang diajukan oleh psikolog-psikolog transpersonal, tiga macam sintesa yang merupakan representasi pemikiran dunia Barat pada umumnya: yang modernis, yang posmodernis dan yang integralis. Psikologi transpersonal yang modernis diwakili oleh Psikoanalisis Transpersonal oleh Michael Washburn. Yang posmodernis diwakili oleh Spriritualitas Partisipatif yang diajukan oleh Jorge Ferrer. Sedangkan yang integralis, yaitu yang memadukan sintesa modernis dengan sintesa posmodernis diajukan oleh Ken Wilber dalam Psikologi Integral. :):):)
good...
BalasHapus